Cara Imam Malik Mengajarkan Hadis

Setiap kali imam Malik hendak mengajarkan hadist Rasulullah, beliau selalu memulainya dengan berwudhu.

Diriwayatkan dari Ibnu Uwais berkata tentang imam Malik: “Apabila Malik hendak menceritakan hadist, dia berwudhu, duduk di depan permadaninya, menyisir janggotnya, dan duduk dengan tenang penuh wibawa,

Maka salah seorang murid Imam Malik bertanya, ‘Mengapa engkau selalu memulainya dengan wudhu sebelum mengajarkan hadits?’

Imam Malik menjawab: “Aku ingin hadits dari Rasulullah yang aku sampaikan dapat dipahami dengan baik.”

Salah satu murid beliau yang bernama Ma’in bin Isa berkata, “Imam Malik jika hendak mengajarkan hadits, ia memulainya dengan mandi dan memakai minyak wangi, dan jika sedang pelajaran ada yang bersuara keras maka imam Malik menasehatinya dengan tegas menggunakan dalil Al Qur’an surat Al Hujurat, tentang larangan meninggikan suara diatas suara Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam.”

Karena, jika sedang belajar hadits Rasulullah dan ada yang bersuara keras, sama halnya dengan dia telah bersuara keras diatas suara Rasulullah, dan imam Malik sangat tidak menyukainya sehingga beliau sedikit marah jika ada muridnya yang seperti itu.

Subhanallah, betapa mulianya adab beliau, imam Malik sangat menghormati hadits Rasulullah.

Beliau adalah potret seorang guru yang patut kita contoh, karena untuk memahamkan murid maka harus dimulai dari gurunya bagaimana guru itu beradab dan menghormati ilmu.

Selain itu, beliau juga mempunyai kehati-hatian yang besar dalam meriwayatkan hadist, dia hanya akan menulis hadist dari orang-orang terpercaya dan memiliki hafalan yang bagus.

Dalam satu karyanya imam Malik telah menulis Kitab yang berjudul ( Al-Muwatha’).

Dalam Kittab Min A’lam As-Salaf :
“Awalnya dalam kitab Al-Muwatha’ terdapat sekitar 10.000 hadist, akan tetapi dia terus mencermati isi kitab tersebut setiap tahun, dan membuang hadist yang kurang terpercaya baginya, sehingga tersisa 3440 hadist” (menurut Abu Bakar Al-Abhari)

Subhanallah, selain berhati-hati dalam meriwayatkan hadist, beliau juga berhati-hati dalam berfatwa.

Jika ada orang yang bertanya kepada imam Malik, ia tidak asal-asalan menjawab manakala beliau tidak mengetahuinya. Tapi bukan berarti beliau bodoh, namun ini bentuk kehati-hatian nya dalam berfatwa, karena beliau tidak ingin jika salah berfatwa maka orang banyak akan mengikutinya.

Ada sedikit kisah, pernah datang seseorang dari jauh Madinah kepada imam Malik untuk bertanya banyak hal mengenai agama, namun dari banyak nya pertanyaan hanya sedikit yang beliau jawab.

Dalam hal ini beliau mengatakan tidak tahu. Sehingga orang tersebut berkata:

“Wahai imam Malik sesungguhnya aku datang jauh-jauh ke Madinah untuk mendapatkan jawaban darimu, tapi mengapa Engkau menjawabnya tidak tahu? Padahal Engkau adalah Ulama’ terkenal di kota Madinah.”

Dari kata-kata orang tersebut, imam Malik tidak merasa malu dan beliau menjawabnya: “Jika kamu kembali ke kotamu, katakan pada masyarakat disana, bahwa Malik berkata kepadamu ‘tidak tahu.”

Kata-Kata Mutiara Imam Malik

“Menuntut Ilmu adalah baik bagi orang yang diberkahi kebaikan, dan inilah jatah dari Allah”

“Jika orang tidak memiliki kebaikan dalam dirinya, maka orang-orang tidak akan mendapat kebaikan dalam dirinya”

“Sesungguhnya Allah membagi Amalan seperti membagi rezeki, ada yang Allah mudahkan untuk rajin solat(selain solat wajib), namun susah berpuasa, ada juga yang Allah mudahkan untuk bersedekah, namun susah berpuasa, ada juga yang Allah mudahkan untuk bberjihad”

Guru-Guru dan Murid-Murid Imam Malik

Adz-Dzahabi berkata: Permulaan menuntut ilmu pada 120 H (Tahun meninggalnya Hasan Al-Bashri). Imam Malik belajar kepada :
• Nafi Said Al-Maqburi
• Nuaim Al-Mujmir
• Wahb bin Kaisan
• Az-Zuhri
• Ibnu Al-Munkadir
• Amir bin Abdullah Az-Zubair
• Dan lain-lain dari Ulama’ Madinah.

Sementara Murid-Murid Imam Malik

• Imam Syafi’i
• Rabi’ahYahya bin Said
• Al-Laits
• Ma’an bin Isa
• Ibnu Al-Mubarak
• Abdurrahman bin Mahdi
• Abu Ashim

Dan lain-lain masih banyak murid-murid yang belum tertulis. Begitulah potret ulama’ di zaman dulu, sepeninggal Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam.

Wafatnya Imam Malik

Imam Malik wafat di pagi hari tanggal 14 Rabi’ul Awal tahun 179 hijriyah, Imam Malik wafat di usianya yang sudah cukup tua, yakni 89 tahun. Beliau disolatkan oleh gubernur Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim. Semoga Allah merahmatinya.

Sumber : tulisan Abu Zaid Al-Amir (edited)
Referensi:
• Biografi 60 Ulama Ahlussunnah: Syaikh Ahmad Farid judul asli Min A’lam As-Salaf