Jika seorang mukmin akan meninggal, malaikat-malaikat turun dari langit kepadanya dengan membawa kain kafan dari surga serta membawa wewangian dari surga. Lantas para malaikat itu duduk di sekeliling orang mukmin yang akan meninggal tadi.
Para malaikat duduk mengelilingi sang mukmin sepanjang mata memandang (saking banyaknya malaikat itu). Menyusul kemudian, datanglah Malaikat Maut duduk di dekat kepala sanga mukmin. Malaikat Maut berkata, “Wahai jiwa yang tenang, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya.”
Dengan demikian, keluarlah jiwa sang mukmin dari jasadnya bagaikan keluarnya tetesan air dari bibir tempat air.
Kemudian Malaikat Maut mengambilnya. Jika Malaikat Maut telah mengambil ruhnya maka para malaikat lainnya tidak membiarkan ruh itu berada di tangan Malaikat Maut sekejap mata pun hingga mereka mengambilnya.
Lalu mereka meletakkannya ke dalam kafan dan wewangian itu. Ruh itu keluar dengan aroma yang harum seperti minyak misik yang paling wangi di muka bumi. Mereka membawanya naik ke atas. Setiap kali mereka melewati para malaikat, mereka ditanya, “Siapakah ruh yang baik ini?”
Para malaikat yang membawa ruh itu menjawab, “Ini ruh Fulan bin Fulan,” dengan nama panggilan terbaiknya semasa dahulu di dunia.
Hingga mereka sampai ke langit. Mereka minta agar pintu langit dibukakan, maka dibukakanlah bagi mereka lalu diiringi oleh para malaikat dari seluruh penjuru langit hingga ke langit selanjutnya, sampai akhirnya ke langit yang ketujuh.
Lalu Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Tulislah catatan amal hamba-Ku di ‘Illiyyin, serta kembalikan ia ke bumi; karena sesungguhnya Aku menciptakan mereka (manusia) dari bumi (tanah), kepadanya juga akan Kukembalikan, dan dari sana akan Kukeluarkan mereka pada waktu yang lain.”