Cerita dibawah ini dikisahkan oleh seorang pria yang berpredikat sebagai suami sekaligus ayah. Sebut saja namanya pak Hen. Saya copas langsung dari inbox pak Hen yang masuk ke fb messenger saya. Saya hanya melakukan editing pada kata-kata yang disingkat, atau peletakan kata yang kurang pas tanpa mengurangi makna pesan yang akan disampaikan.
Beliau meminta saya menulisnya, berharap bisa dijadikan pelajaran bagi para pembaca. Mohon untuk tidak kepo dengan “siapakah pak Hen ini?”
**********
Berikut Ceritanya..
Ditulis oleh : Irene Radjiman
Salam mbak Iren. Begitulah kalimat pertama yang ditulis oleh pak Hen.
Perkenalkan nama saya Hen, nama lengkap saya sudah tercantum pada nama akun saya.
Saya terlahir dari keluarga Islami. Abah dan ummi saya keduanya penghafal Qur’an. Saya anak ke-3 dari 3 bersaudara yang kesemuanya lelaki.
Sejak kecil dari mulai bangun tidur hingga kembali tidur, ummi dengan telaten mendisiplinkan kami untuk menghidupkan sunnah, termasuk sunnah ketika kami akan tidur. Kami akan diminta ke kamar mandi untuk buang air kecil (tentunya sunnah buang air kecilpun kami lakukan), bersiwak, kemudian berwudhu, keluar kamar mandi, membaca do’a wudhu, Sholat wudhu dan witir, menuju tempat tidur, membersihkan kasur dengan sapu lidi, membaca Alfatiha, ayat kursi, Al-ikhlas, Al-Falaq, An-nas, do’a sebelum tidur ditiup ke telapak tangan, diusap ke seluruh tubuh, setelah itu baru tidur.
Semua yang kami lakukan terus menerus sejak kecil, akhirnya terbawa dimanapun kami berada. Kebiasaan yang ditanamkan ummi sejak kecil seperti sudah tertanam dan terrekam dialam bawah sadar. Bahkan hingga saya berrumah tangga. Alhamdulillah, saya memiliki isteri yang sefrekuensi dengan saya.
Mungkin karena kehidupan saya yang lurus-lurus saja, bahkan terasa mulus-mulus saja, membuat saya merasa monoton dan bosan.
Saya bekerja disebuah perusahaan export – import dengan posisi yang cukup tinggi. Perusahaan saya sudah dibilang sangat stabil. Job desc sayapun terjadwal. Ada banyak waktu luang yang bisa saya nikmati dikantor. Waktu luang itu biasanya saya gunakan untuk bersosmed.
Lewat sosmed setan masuk menggoda saya. Saya berkenalan dengan seorang wanita yang memiliki posisi bagus juga disebuah perusahaan. Dari hubungan yang terjalin saya bisa menangkap bahwa dia adalah wanita cerdas dan pintar. Sebut saja namanya Lin.
Saya dan Lin, intens berhubungan lewat sosmed. Lin yang saya tahu adalah seorang single parent, baru setahun bercerai dengan suaminya sebab selama berrumah tangga suaminya tidak melaksanakan tanggung jawabnya. Lin yang harus menjadi tulang punggung bagi rumah tangga mereka. Banyak juga campur tangan mertua Lin yang pada akhirnya membuat Lin menyerah. Ahh saya tidak akan bercerita tentang Lin terlalu banyak, karena intinya bukan pada dirinya.
Jujur saya tertarik dengan Lin. Apakah saya jatuh cinta? entahlah. Kami beberapa kali melakukan video call, subhanallah dia sangat cantik. Jujur naluri kelelakian saya naik mbak.
Saya memiliki HP khusus yang saya gunakan khusus untuk menghubungi Lin. Hp itu tidak saya bawa pulang kerumah, hp itu saya tinggal dalam laci ruangan saya dikantor, sebab saya dan isteri sudah berkomitmen, bila kami berkumpul bersama, maka harus ada quality time untuk keluarga. Saya juga takut kalau tiba-tiba Lin menghubungi saya, saat saya bersama anak isteri saya. Oh iya Lin tahu kalau saya sudah berkeluarga.
Hingga suatu saat entahlah keberanian darimana, kami janjian untuk kopdar (tepatnya kencan sih) disebuah hotel. Saat tiba hari kencan kami, saya kirim kabar pada isteri saya kalau saya ada meeting dan baru pulang besok. Isteri saya tidak curiga, karena meeting mendadak seringkali dilakukan dikantor saya terutama bagi mereka yang menduduki posisi seperti saya.
Rasa hati saya deg degan mbak Irene. Saya belum pernah merasakan rasa ini sebelumnya. Dulu saat taaruf dengan isteri saya, bisa dibilang kami dijodohkan, walau ada rasa berdebar, tapi tidak sekencang ini saat saya akan bertemu Lin. Saat saya melihatnya pertama kali di lobby hotel, sumpah mbak Irene, Lin le
bih cantik dari foto yang dia kirim bahkan dari video call. Syahwat saya langsung naik mbak (maaf bila saya terlalu vulgar) 🙏
Setelah berbasa basi sebentar, kami langsung memesan kamar hotel. Kami pilih hotel berbintang agar lebih private. Sesampainya dikamar, Lin mengatakan pada saya kalau dia akan bersih – bersih dulu sebab baru pulang dari kantor langsung menemui saya, tubuhnya terasa lengket, begitu katanya.
Setelah Lin selesai bersih – bersih, sayapun bergantian masuk kamar mandi. Sebab sudah terbiasa, saya otomatis lakukan sunnah sebelum tidur. Saya buang air, bersiwak, kemudian berwudhu. Saat berwudhu tiba-tiba saya seperti dikagetkan, “Ya Allah, apa yang akan saya lakukan?! Aku mengerjakan sunnahMU, namun sebentar lagi aku akan bermaksiat. Wanita yang sedang menungguku diatas tempat tidur itu bukanlah isteriku! Ya Allah, ampuni aku!”
Tiba-tiba syahwat saya hilang entah kemana mbak Iren. Saya langsung bergegas keluar. Lin heran melihat saya.
“Mas, mau kemana? Ada apa?”
“Maaf Lin, aku tidak bisa.” Hanya itu yang bisa saya katakan pada Lin, mbak Iren. Saat itu kecantikan Lin hilang entah kemana. Bahkan nafsu sayapun hilang entah kemana. Saya langsung ambil tas kerja saya berikut hp dan kunci mobil. Saya langsung bergegas keluar diikuti tatapan bingung Lin.
Sesampainya dirumah isteri saya bertanya, “Lho katanya meeting bi?”
“Sudah selesai mi, ternyata hanya membahas hal sepele.”
“Oohhh, abi sudah makan? ummi tadi masak makanan kesukaan abi, tapi ummi taruh dikulkas, soalnya tadi abi bilang nggak pulang. Maksudnga besok ummi panaskan kalau abi sudah dirumah. Apa mau dipanaskan sekarang bi?”
“Nggak usah mi, besok aja buat sarapan. Sekarang abi udah panas nih lihat ummi.” 😉 Isteri saya tersipu. Saat itu gejolak yang tadinya muncul dihotel saat pertama kali melihat Lin, kini muncul lagi saat saya melihat wajah teduh isteri saya. Duhai kulihat isteriku sangat cantik dengan wajahnya yang tanpa make-up. Gairah itu muncul pada sasaran yang tepat.
Demi Allah mbak Iren, hidupkan sunnah! Hidupkan sunnah!
Sungguh rugi mereka yang memberi definisi sunnah adalah tidak apa-apa bila tidak dikerjakan. Ya Allah sunnah itu telah melindungi kemaluanku dari zina.
Sunnah = berpahala bila dikerjakan, tidak mendatangkan dosa bila tidak dikerjakan. Namun sunnah ternyata mampu melindungi dari panah-panah setan.
Hindari yang makruh, untuk selamat dari yang haram.
Hidupkan sunnah untuk menyempurnakan yang wajib.
Saya posting lebih awal di chanel telegram
t.me/ireneradjiman
ada masukan bagus. koreksi untuk tulisan saya
Sunnah = berpahala bila dikerjakan, walau tak mendapat dosa bila tak dikerjakan, tetapi merupakan kerugian bagi yang meninggalkan. 🙏
Bagi yang sudah copas diedit ya teman-teman 🙏😍🙏