Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya, terbentang dari sabang sampai marauke dengan suku-suku dan adat yang berbeda-beda. Banyaknya suku dan adat sama seperti masyarakat mekah pada dahulu saat Rasulullah diangkat menjadi Rasul.

Banyaknya kepercayaan membuat Indonesia menjadi kaya akan budaya. Namun sudah menjadi sunnatullah bahwa Islam tidak anti budaya, islam tidak melarang budaya, selama budaya itu tidak bertentangan dengan Akidah, maka budaya apapun diterima dalam islam.
Salah satu kepercayaan atau budaya yang betentangan dengan Akidah kita adalah orang yang meninggal karena kecelakaan, maka arwahnya akan bergentayangan, arwah orang meninggal dibunuh, maka arwahnya akan menjadi arwah penasaran bahkan ketika sudah berpuluh tahun meninggal, maka akan ada “karuhun” yang menjaga keluarga.

Inilah salah satu kepercayaan yang menyimpang dalam Akidah kita. Bagaimana penjelasan Ilmiah tentang bantahan arwah penasaran, berikut artikelnya. Kata arwah dalam kamus besar bahasa indonesia nama lainnya adalah ruh atau jiwa.

Ar-Ruh dan ar-rawh berasal dari huruf yang sama yaitu ra‟, waw dan ha.Tetapi, penggunaan ar-ruh lebih banyak merujuk kata Nafs dan juga istilah bagi sesuatu yang menyebabkan hidup, bergerak, memperoleh manfaat juga mengelak dari pada kemudharatan.

Dalam al-Qur’an jiwa diungkapkan dengan kata Nafs atau ruh, yang artinya tidak selalu sama, karena Nafs sendiri berarti jiwa, hati ,jenis, sedangkan ruh ada yang berarti jiwa, malaikat Jibril, dan wahyu.

Kendati terdapat persamaan arti antara Nafs dan ruh, dalam Mu’jama al-wasith, ruh dan Nafs dibedakan, ruh adalah yang menghidupkan Nafs dan esensi ruh lebih halus dari pada Nafs. Sedangkan Ibnu Katsir berpendapat bahwa Nafs dan ruh adalah sama, yaitu zat halus yang menjalar di dalam tubuh, seperti mengalirnya air dalam akar pohon-pohonan.

Al-qur’an menjelaskan kata ruh yang diberikan Tuhan kepada manusia dengan menggunkan pilihan kata nafakha, meniup, maka ruh lantas dipahami dan diartikan sebagai nafas atau nyawa karena seseorang akan mati kalau nafasnya berhenti dan tidak bernyawa lagi. Nafas dengan demikian sejenis udara,dihirup oleh paru-paru yang menandakan adanya kehidupan.[1]
Allah berfirman :

اَللّٰهُ يَتَوَفَّى الْاَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا وَالَّتِيْ لَمْ تَمُتْ فِيْ مَنَامِهَا ۚ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضٰى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْاُخْرٰىٓ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّىۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

“Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur; maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir.”[2]

Dari ayat diatas menunjukan bahwa tidur termasuk keadaan ruh di pegang Allah atau biasa di sebut mati sementara. Adapun maksud dari jiwa di sini adalah roh.Roh yang diambil adalah roh yang ditahan Allah ketika matinya dan yang ditahan malaikat maut ketika tidurnya.

Ia pula roh yang ditahan para utusan Allah Shubhanahu Wa Ta’ala.[3] Kemudian roh tersebut dimasukkan ke dalam kain kafan dari surga atau dari neraka, kemudian dibawa kelangit. Maka para malaikat mendoakan atau melaknat roh tersebut, kemudian berhenti di hadapan Rabbnya lalu diputuskan segala perkaranya.

Kemudian roh tersebut dikembalikan ke dunia masuk pada badan dan kafannya. Kemudian ia ditanyai, diuji, lalu disiksa, atau diberi kenikmatan. Roh inilah yang diletakan dalam tembok (Barzakh).

Dalam penjelasan diatas dapat kita pahami bahwa setelah Ruh dicabut dari tubuh, maka akan kembali kepada Allah Shubhanahu Wa Ta’ala. Berbeda dengan pemahaman sebagian orang yang mengatakan Ruh atau Arwah bisa bergentayangan menuntut balas ataupun menyelsaikan apa yang masih belum sempurna.

Beranggapan bahwa arwah bisa bergentayangan ini bertentangan juga dalam firman Allah :

حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنِ ۙ
لَعَلِّيْٓ اَعْمَلُ صَالِحًا فِيْمَا تَرَكْتُ كَلَّاۗ اِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَاۤىِٕلُهَاۗ وَمِنْ وَّرَاۤىِٕهِمْ بَرْزَخٌ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan. [4]

Dari ayat diatas menunjukan bahwa orang kafir setelah meninggal, ingin sekali kembali kedunia untuk beramal baik, namun Allah menegaskan bahwa mereka akan berada dalam alam barzakh sampai hari kebangkitan. Ini menunjukan arwah yang sudah dicabut, tidak akan bergentayangan.

Lalu darimana pemahaman ini berasal?
Indonesia didominasi oleh kepercayaan atau aliran animisme dan dinamisme. Keberadaan paham atau aliran animisme dan dinamisme ini tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia. Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa Hindu dan Budha telah hadir lebih awal dalam peradaban nusantara.

Masyarakat kita telah mengenal kedua agama budaya daripada agama Islam. Namun, sebelumnya ada periode khusus yang berbeda dengan zaman Hindu-Budha. Masa itu adalah masa pra-sejarah. Zaman ini disebut sebagai zaman yang belum mengenal tulisan.
Pada saat itu, masyarakat sekitar hanya menggunakan bahasa isyarat sebagai alat komunikasi. Di kawasan Jazirah Arab, sebagian masyarakat masih percaya pada kekuatan sungai Nil atau kesaktian padang Sahara.

Fir’aun masih diyakini sebagi sosok yang masih memiliki kekuatan walaupun jasadnya telah rusak. Bahkan di Eropa, kepercayaan terhadap dewa-dewa Yunani atau roh-roh jahat seperti vampir dan zhombie, masih ramai diyakini oleh mereka.

Dari semua penelusuran ini dapat disimpulkan bahwa lahirnya kepercayaan animisme dan dinamisme di Indonesia adalah berasal dari pengaruh bangsa lain. [5] Perjalanan waktu yang mengandaikan berbedanya tempat, latar belakang budaya serta sosial masyrakat dan melahirkan perbedaan yang cukup beragam secara tidak langsung menyebabkan keragaman agama yang sampai saat ini masih ada yang survive dan ada yang tenggelam.
Tradisi merupakan suatu kebiasaan baik dari nenek moyang terdahulu yang menjadi kepercayaan kemudian diwariskan secara turun temurun. Tradisi bisa berubah sesuai perubahan pola pikir masyarakat di zaman modern.

Selain pengaruh budaya, kepercayaan arwah bergentayangan pada saat ini dikarenakan ada orang-orang tukang ramal atau dukun yang mempercayai bangsa jin saat fenomena orang kerasukan atau juga ada orang yang mengaku bisa memasukan jin qorin atau jin disekitar lokasi kejadian, sehingga jin-jin itu mengatakan dirinya arwah atau memang jin qorin dari korban kecelakaan, padahal akidah kita jin itu sudah dijuluki “al-kahdzab” (pembohong).

Maka seharusnya kita sebagai orang islam menentang kepercayaan ini karena akan membuat orang-orang yang awam menjadi membenarkan perkataan jin dan akan menyesatkan manusia dan tujuan dari jin menyesatkan manusia adalah karena ingin kita semua masuk ke neraka.

Dalam artikel diatas dapat kita ambil kesimpulan :

  1. Arwah yang meniggal akan Allah masukan kedalam alam barzakh (dinding) yang tidak bisa di tembus.
  2. Kepercayaan arwah bisa bergentayangan adalah kepercayaan agama hindu budha dan pegaruh bangsa lain yang menjadikan kepercayaan ini menjadi turun temurun
  3. Keberadaan orang yang mengaku bisa memasukan jin menjadi kepercayaan ini masih ada karena kurangnya ilmu akidah islam yang benar.
  4. Kepercayaan ini harus dihilangkan karena bertentangan dengan Al-Quran dan bisa menyebabkan terkikisnya akidah kemudian menjadikan manusia terjerumus dalam kesyirikan.

Wallahua’lam

Referensi :
[1]. Badriyah Ami (2013). Filsafat pendidikan islam, (Haja Mandiri), hal 204-205.
[2]. King Salman (2020), Al-Qur’anulkarim (Al-Qur’an Al-Qosbah) Az-Zumar 42
[3]. Ibrahim Muhammad Al-Jamal (2010), Hidup Setelah Mati, (Pustaka Setia,), hal 62.
[4]. King Salman (2020), Al-Qur’an…… Az-Zumar 42
[5]. Dhanu Priyo Prabowo, Pengaruh Islam, (Jogjakarta: Penerbit Narasi, 2003), hal 24.

***

Tentang Penulis

Judul asli artikel “APAKAH ARWAH BISA GENTAYANGAN?“ ditulis oleh Ustadz A Khaerul Mu’min, M.Pd. beliau juga Konsultan Keluarga, Kesehatan dan Karir, Dosen STEI Bina Cipta Madani Karawang serta Penulis Karya Ilmiah
Bagi yang mau konsultasi keluarga, kesehatan dan karir hubungi :

Laki-laki : +62857-1513-1978
Perempuan : +62855-1777-251