Sekolah adalah suatu lembaga yang harus memberikan rasa aman dan nyaman kepada peserta didiknya demi suasana belajar yang kondusif, menurut Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Arief Rachman, mengatakan sekolah yang bagus adalah sekolah yang suasana belajarnya menyenangkan untuk anak.

Namun ada fenomena fenomena tertentu disekolah yang tidak diharapkan namun muncul ke permukaan dan hal tersebut berdampak pada semua pihak, termasuk ke peserta didik yang merasa tidak nyaman dalam suasana pembelajaran.

Salah satu fenomena yang menyita perhatian didunia pendidikan zaman sekarang adala kekerasan disekolah, baik yang dilakukan oleh guru terhadap siswa, maupun oleh siswa terhadap siswa lainnya.[1]

Karakterisitik Pelaku Bullying
Olweus memaparkan bahwa secara umum terdapat beberapa ciri pada pelaku bullying, yaitu :
a. Memiliki keinginan untuk mendominasi orang lain.
b. Kurang atau tidak berempati pada orang lain.
c. Hanya peduli dengan keinginannya sendiri. d. Sulit melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain.
d. Perilakunya cenderung implusif, agresif, intimidatif, dan suka memukul.[2]
Sedangkan Andi Priyatna memaparkan bahwa karakter yang dimilikioleh pelaku bullying, yaitu :
a. Suka bergaul dengan teman yang biasa melakukan tindakan bullying.
b. Bergaul dengan anak yang suka dengan kekerasan.
c. Kurangnya kehangatan dan perhatian dari orang tua.
d. Anak yang berstatus sosial yang tinggi cenderung melakukan tindakan bullying untuk mendapatkan pengakuan akan kekuatan yang ia miliki.
e. Terbiasa dengan didikan yang kasar dari orang tua.
f. Sikap orang tua yang sering memberi contoh bullying baik secara langsung maupun tidak langsung.[3]

Terapi Pelaku Bullying
Sebagimana penjelasan penyebab pelaku melakukan bullying yaitu merasa berbadan besar, fisik lebih kuat sehingga pelaku melakukan perbuatan itu, sedangkan dari sisi penyebab yaitu karena sering melihat kekerasan baik dari keluarganya maupun tayangan yang ditonton sehingga ada keinginan untuk melakukannya.. Adapun untuk mengatasi perilaku ini, orang tua atau pendidik bisa melakukan hal dibawah ini.
a. Reward and punishment
Menurut kamus bahasa Inggris–Indonesia, kata reward berarti ganjaran, upah, hadiah sedangkan punishment berarti hukuman.[4] Menurut Ngalim Purwanto, reward adalah salah satu alat untuk mendidik siswa agar merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.[5]

Dari teknik diatas bisa kita terapkan pada anak oleh orang tua atau pendidik. Orang tua bisa memberikan hukuman berupa pengurangan fasilitas anak, namun hendaknya orang tua mengkonfirmasi dulu sebelum melakukan hukuman ini.
Dengan mengetahui gambaran hukuman yang akan didapatkan maka anak akan berfikir ulang ketika akan melakukannya.

b. Empty Chair (Teknik Kursi Kosong)
Teknik kursi kosong merupakan teknik permainan peran dimana terapis memerankan dirinya sendiri dan peran orang lain atau beberapa aspek kepribadiannya sendiri yang dibayangkan duduk/berada di kursi kosong.

Biasanya kursi kosong tersebut diletakkan dihadapan terapis dan pelaku pembully diminta untuk membayangkan seseorang yang selama ini menjadi sumber konfliknya. pelaku diminta untuk mengungkapkan apa saja yang terlintas dalam pikirannya untuk mengekspresikan perasaannya.

Terapis mendorong pelaku untuk mengungkapkan melalui kata-kata, bahkan melalui caci makian pun diperbolehkan, yang terpenting adalah terapis dapat meyadari pengalaman-pengalaman yang selama ini tidak diakuinya.[6]
Dengan pelaku mengeluarkan semua beban yang dimilikinya, maka pelaku pembulliyan akan sedikit memunculkan rasa empaty terhadap korban, sehingga pelaku akan sedikit merasa kasian jika korban sampai dibulliy oleh pelaku

Dua terapi diatas adalah salah satu terapi yang cocok untuk pelaku sehingga orang tua atau pendidik akan mengurangi pelaku bullying.
Wallahua’lam

Referensi:

  1. Hanlie Muliani, Robert Pereira, Why Children Bully? (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2014), h.4.
  2. Annisa. (2012). Hubungan Antara Pola Asuh Ibu Dengan Perilaku Bullying Remaja. Skripsi. Depok : Psikologi UI.
  3. Andi Priyatna. (2010). Lets End Bullying: Memahami, Mencegah, dan Mengatasi Bullying. Jakarta: Elex Koputindo.)
  4. Priyo Darmanto dan Pujo Wiyoto, Kamus Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris, (Surabaya: Arkola, 2015), h. 332
  5. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda karya, 2011), h. 182
  6. Corey, Gerald. (2010). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama

***

Kegiatan Ustad Khaerul Mu’min, M.Pd.

Tentang Penulis
Judul asli artikel “BULLYING DARI SISI PELAKU DAN TERAPINYA”
” ditulis oleh Ustadz A Khaerul Mu’min, M.Pd. beliau juga Konsultan Keluarga, Kesehatan dan Karir, Dosen STEI Bina Cipta Madani Karawang serta Penulis Karya Ilmiah
Bagi yang mau konsultasi keluarga, kesehatan dan karir hubungi :
Laki-laki : +62857-1513-1978
Perempuan : +62855-1777-251