freepik

UMIKA.ID,- Saat kita memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia yang ke-79, penting bagi kita untuk tidak hanya merayakan kemerdekaan, tetapi juga merenungi sejarah panjang bangsa ini. Sejarah mencatat bahwa selama masa penjajahan, penduduk Indonesia pernah berada di posisi yang sangat terpuruk, di mana mereka hanya menjadi penonton di negeri sendiri. Mereka tidak memiliki kendali atas sumber daya alam, ekonomi, atau pemerintahan. Pada masa kini, dengan berbagai tantangan globalisasi dan ekonomi, kita harus belajar dari sejarah agar tidak terulang lagi kondisi di mana rakyat Indonesia hanya menjadi penonton di tanah air mereka.

Sejarah: Ketika Penduduk Menjadi Penonton

Pada masa penjajahan, Indonesia dijajah selama ratusan tahun oleh berbagai bangsa asing, mulai dari Portugis, Belanda, hingga Jepang. Selama masa itu, penduduk pribumi tidak memiliki kendali atas tanah dan kekayaan alam mereka sendiri. Kekayaan negeri ini dieksploitasi untuk kepentingan penjajah, sementara rakyat hanya bisa melihat dan merasakan penderitaan.

Kondisi ini menciptakan ketidakadilan yang luar biasa, di mana orang-orang pribumi tidak diberi kesempatan untuk berkembang, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, maupun politik. Mereka hanya menjadi penonton di negeri sendiri, sementara penjajah menguasai segala aspek kehidupan. Hal ini sangat menyakitkan dan membekas dalam sejarah bangsa kita.

Ancaman Modern: Globalisasi dan Ekonomi Pasar

Pada era globalisasi ini, tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia tidak kalah beratnya. Meskipun kita sudah merdeka, ada ancaman baru yang bisa membuat penduduk Indonesia kembali menjadi penonton di negeri sendiri. Salah satunya adalah dominasi asing dalam berbagai sektor strategis, seperti pertambangan, perbankan, dan industri teknologi.

Jika tidak dikelola dengan baik, ekonomi pasar bebas bisa menyebabkan ketergantungan yang berlebihan pada pihak asing. Sumber daya alam kita bisa dieksploitasi oleh perusahaan multinasional tanpa memberikan manfaat yang sepadan bagi rakyat Indonesia. Kondisi ini bisa menyebabkan rakyat Indonesia hanya menjadi penonton lagi, kali ini dalam sistem ekonomi global yang tidak adil.

Dalil dalam Islam tentang Kemandirian dan Keadilan

Dalam Islam, sangat ditekankan pentingnya umat Muslim untuk mandiri dan adil. Al-Qur’an mengajarkan agar kita tidak membiarkan ketidakadilan terjadi dan selalu berusaha untuk menegakkan keadilan dalam segala aspek kehidupan. Salah satu ayat yang relevan adalah firman Allah dalam Surat An-Nisa’ ayat 58:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Ayat ini menekankan bahwa keadilan harus ditegakkan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam pengelolaan sumber daya dan ekonomi. Umat Islam tidak boleh membiarkan ketidakadilan terjadi, apalagi jika hal itu membuat mereka menjadi penonton di tanah air mereka sendiri.

Selain itu, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:

“Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Tangan di atas adalah yang memberi, sedangkan tangan di bawah adalah yang meminta.”

Hadits ini mengajarkan pentingnya kemandirian dan kemampuan untuk memberi, bukan hanya menerima. Ini relevan dalam konteks ekonomi, di mana kita harus berusaha untuk menjadi bangsa yang mandiri dan mampu mengelola sumber daya kita sendiri, bukan hanya menjadi konsumen atau pekerja bagi pihak asing.

HUT RI ke-79: Refleksi untuk Masa Depan

Saat kita memperingati HUT RI ke-79, ini adalah waktu yang tepat untuk merenungkan kembali sejarah dan belajar darinya. Jangan sampai kita kembali ke masa di mana rakyat Indonesia hanya menjadi penonton di negeri sendiri. Kita harus memastikan bahwa kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata para pahlawan kita benar-benar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kita harus memupuk rasa cinta tanah air dengan bekerja keras untuk memajukan bangsa ini. Generasi muda perlu didorong untuk terlibat aktif dalam pembangunan ekonomi dan sosial, baik melalui wirausaha, inovasi, maupun pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa Indonesia tetap merdeka dalam arti yang sesungguhnya, baik dari segi politik, ekonomi, maupun budaya.

Penutup: Menjaga Kemerdekaan dengan Kemandirian

Kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan, tetapi awal dari tanggung jawab besar untuk menjaga dan memanfaatkannya. Pada HUT RI ke-79 ini, mari kita berkomitmen untuk tidak membiarkan sejarah kelam terulang. Kita harus berjuang untuk memastikan bahwa penduduk Indonesia tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pemain utama dalam pembangunan negeri ini. Dengan semangat kemandirian dan keadilan, kita bisa membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah dan sejahtera.

Wallahua’lam

***

Artikel
Ditulis oleh Ustadz A Khaerul Mu’min, M.Pd. beliau juga Konsultan Keluarga, Kesehatan dan Karir, Dosen STEI Bina Cipta Madani Karawang serta Penulis Karya Ilmiah
Bagi yang mau konsultasi keluarga, kesehatan dan karir hubungi :
Laki-laki : +62857-1513-1978
Perempuan : +62855-1777-251