Beberapa waktu lalu terjadi kasus kematian santri disalah satu pondok pesantren. Dengan adanya kasus yang viral masalah kematian santri, muncul beberapa masalah pembuliyan di pondok-pondok yang lainya.[1] Maka menjadi sesuatu image yang menyeramkan saat mau measukan anak ke pondok pesantren.
Pondok pesantren seringkali menjadi lingkungan tempat para santri belajar agama, etika, dan kedisiplinan. Namun, seperti halnya lingkungan sekolah atau institusi pendidikan lainnya, kasus bullying atau intimidasi bisa terjadi di pondok pesantren juga. Beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebabnya meliputi:
Kurangnya Pengawasan
Beberapa pondok pesantren mungkin memiliki kurangnya pengawasan dari pengurus atau pendidik, sehingga memungkinkan perilaku bullying untuk berkembang tanpa adanya intervensi.
Kurangnya pengawasan yang terjadi di sekolah formal saja bisa terjadi, apalagi di pondok pesantren. Maka aka nada ruang anak baik membuly atau jadi korban buly di sudut-sudut pondok pesantren. Karena bangunan pondok pesantren sangat luas. Belum lagi jam penjaga pesantren yang membutuhkan istirahat juga, sehingga aka nada waktu terjadinya pembuliyan. [2]
Kultur Tertentu
Di beberapa pondok pesantren, terdapat kultur atau norma-norma yang memperkuat perilaku bullying atau dominasi atas santri lainnya. Misalnya, sistem hierarki yang kuat atau adanya preferensi terhadap santri tertentu.
Kultur buly tidak akan mendomuniasi jika di pondok pesantren itu mempunyai kultur yang sangat baik, maka sangat penting memilih pondok pesantren untuk anak sebelum memutuskan bersekolah di pondok pesantren yang dituju.
Baca juga : Memilih Sekolah Yang Terbaik Untuk Anak
Ketidakseimbangan Kekuatan
Beberapa kasus bullying mungkin terjadi karena ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban. Misalnya, santri yang lebih kuat secara fisik atau sosial memanfaatkan kekuatannya untuk menindas santri lain yang lebih lemah.
Maka dari itu pembulian terjadi saat ada santri baru yang lemah, kemudian menjadi bahan bulyan santri-santri yang kuat. Karena di asrama, biasanya semua anak-anak disatukan baik yang besar maupun yang kecil. Alasanya agar ada interaksi sesama santri namun efek negatifnya pada pembulyan jika kurang pengawasan. [3]
Faktor Individu
Ada juga kemungkinan bahwa perilaku bullying berasal dari faktor individu seperti masalah emosi, gangguan perilaku, atau masalah keluarga yang mempengaruhi perilaku santri di pondok pesantren.
Faktor individu lainya seperti bagaimana pola asuh orang tua dirumah. Jika pola asuh orang tuanya bermasalah, atau anak dimasukan pesantren karena ketidak mampuan orang tua untuk mendidik anaknya yang nakal, maka karakter ini yang akan mempengaruhi karakter anak di pondok pesantren. [4]
Kurangnya Pendidikan tentang Etika dan Empati
Terkadang, pendidikan formal tentang etika, empati, dan penyelesaian konflik mungkin kurang ditekankan di pondok pesantren, yang dapat menyebabkan santri kurang memahami dampak dari perilaku mereka terhadap orang lain.
Tingkat Stres yang Tinggi
Santri dalam pondok pesantren mungkin mengalami tingkat stres yang tinggi karena tekanan akademik, sosial, atau agama. Ini dapat menyebabkan beberapa santri melepaskan stres mereka dengan cara yang tidak sehat, termasuk intimidasi terhadap rekan-rekan mereka.
Ketidaktahuan atau Toleransi terhadap Bullying
Dalam beberapa kasus, pondok pesantren mungkin tidak memiliki kebijakan yang jelas atau tindakan preventif untuk mengatasi bullying, atau mungkin ada toleransi terhadap perilaku tersebut.
Penting bagi pengelola pondok pesantren untuk menyadari potensi masalah ini dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah dan menangani kasus bullying dengan serius demi menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua santri.
Wallahua’lam.
Referensi:
[1] Raja Eben Lumbanrau, Aku Takut Mama Tolong Cepat Jemput’, Santri Di Kediri Tewas Diduga Dianiaya – Mengapa Terulang Lagi Kekerasan Di Pesantren? https://www.bbc.com/indonesia/articles/c0vjeq20d8po, diakses tanggal 6 Maret 2024, pukul 05:50 WIB
[2] Arifin Maria Natalia Bete, ‘Peran Guru Dalam Mengatasi Bullying Di Sma Negeri Sasitamean Kecamatan Sasitamean Kabupaten Malaka’, Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP), 8.1 (2023), 15–25.
[3] Maria Natalia Bete.
[4] Emilda, ‘Bullying Di Pesantren : Jenis , Bentuk , Faktor , Dan Upaya Pencegahannya’, Jurnal Sustainable, 5 (2022), 198–207.
***
Tentang Penulis
Judul asli artikel “MENGAPA PONDOK PESANTREN RENTAN BULYING” ditulis oleh Ustadz A Khaerul Mu’min, M.Pd. beliau juga Konsultan Keluarga, Kesehatan dan Karir, Dosen STEI Bina Cipta Madani Karawang serta Penulis Karya Ilmiah
Bagi yang mau konsultasi keluarga, kesehatan dan karir hubungi :
Laki-laki : +62857-1513-1978
Perempuan : +62855-1777-251