Dalam artikel ini adalah kelanjutan dari masalah pemikiran childfree. Dengan adanya pemikiran seperti ini, maka kita harus bisa menyikapinya dengan bijaksana, jangan sampai menghakimi seseorang tanpa ada dasar yang jelas sehingga kita terkesan menyalahkan bahkan menghina seseorang yang berbeda padangan dengan diri kita. Berikut artikelnya Penyebab Adanya Pemikiran Childfree adalah Solusi Kebahagian.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah populasi manusia yang banyak. Hal ini terjadi karena meningkatnya produktifitas dalam setiap keluarga. Seyogyanya hal ini dapat memberikan kontribusi bagi kekuatan Indonesia sendiri, yang para generasi inilah nantinya akan mempengaruhi perkembangan negara.
Akan tetapi di satu sisi dengan bertambah banyaknya jumlah penduduk di Indonesia mengakibatkan beban pemerintah dalam mengatur dan memberikan pelayanan yang baik berupa pendidikan, lapangan pekerjaan, kesejahteraan bagi mereka tidak maksimal.
Dengan keterbatasan ini akan menimbulkan banyaknya tindak kriminalitas yang cenderung merusak moralitas. Dalam masalah ini juga muncul permasalahan kebahagian individu, inilah penyebab adanya masalah childfree. Apa sajakah penyebab adanya sikap Childfree berikut beberapa alasanya.
Masalah Trauma Masa Kecil
Kondisi psikologis yang terjadi terhadap sesorang yang memilih untuk childfree biasanya karena adanya rasa trauma, cemas akan masa depan sang anak dan mereka memiliki rasa bimbang saat nanti menjadi orang tua, apakah sudah siap atau belum karena mereka memiliki trauma masa kecil yang menjadikan takut menjadi orang tua bahkan untuk mengurus seorang anak.
Seperti dari hasil penelitian wawancara dengan salah satu pengikut komunitas berinisial “D” yang memutus untuk memilih childfree karena adanya rasa trauma akibat masa kecilnya ia merasakan kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya yang mengakibatkan ia merasakan kesepian dan ia tidak mau anaknya nanti merasakan apa yang ia rasakan.
Rasa trauma dan kecemasan yang dialami oleh “D” yang menjadikannya takut akan menjadi orang tua dan takut juga terhadap sang anak yang nanti merasa kesepian dikarenakan dia memilih berkarir dibanding untuk mengurus anak. Hal ini yang menjadikan dia untuk memilih childfree dimana dia dapat terbebas dari kondisi psikologis yang mengganggunya dengan tidak perlu memiliki anak dan terus berkarir.
Masalah Ekonomi
Saat awal mula kemunculuan childfree pada abad ke 19 beberapa orang dan pasangannya di negara-negara Eropa maupun Amerika memilih untuk menunda memiliki anak karena alasan ekonomi yang lebih kuat.
Dan hal inipun terus terjadi hingga berabad-abad, padahal di beberapa Negara seperti Jerman dan Prancis telah memiliki kebijakan yang pro keluarga tetapi tetap saja angka seseorang atau pasangan yang memilih childfree semakin meningkat.
Pemikiran yang sangat mendukung bahwa ekonomi menjadi salah satu faktor seseorang untuk tidak memiliki anak di masa sekarang karena realitanya memang sangatlah nyata betapa tingginya biaya yang dikeluarkan untuk membesarkan seorang anak.
Bahkan biaya untuk anak itu dikeluarkan sejak anak masih di dalam kandungan, harus memikirkan untuk biaya pertumbuhan bayi di dalam kandungan sampai melahirkan, belum juga biaya ketika sudah lahir hingga anak dewasa.
Beberapa orang memilih untuk childfree karena dirinya menyadari akan ketidak mampuannya secara finansial untuk membesarkan seorang anak dan seseorang yg memilih childfree melakukan berbagai pertimbangan dan perhitungan biaya-biaya yang harus dikeluarkan apabila ia membesarkan seorang anak hingga nanti dewasa.
Karena bagi mereka membesarkan seorang anak adalah suatu harga yang sangat mahal. Itulah dua alasan mengapa ada pemikiran seseorang yang memilih Childfree. In Sya Allah akan diulas pada artikel berikutnya tentang mengapa bisa pemikiran ini menjadi sebuah pemikiran yang diterima oleh sebagian orang.
Kesimpulan
bertambah banyaknya jumlah penduduk di Indonesia mengakibatkan beban pemerintah dalam mengatur dan memberikan pelayanan yang baik berupa pendidikan, lapangan pekerjaan, kesejahteraan bagi mereka tidak maksimal. Dengan alasan inilah ada sebagian orang berfikir untuk menjadi keluarga Childfree. Namun secara psikologis orang yang memilih Childfree adalah pilihan yang harus diluruskan.
Referensi:
- Emilia Sari, ‘Keluarga Berencana Perspektif Ulama Hadis’, SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 6.1 (2019), 55–70 <https://doi.org/10.15408/sjsbs.v6i1.10452>.
- Ajeng Wijayanti Siswanto and Neneng Nurhasanah, ‘Analisis Fenomena Childfree Di Indonesia’, Bandung Conference Series: Islamic Family Law, 2.2 (2022), 64–70 <https://doi.org/10.29313/bcsifl.v2i2.2684>.
***
Tentang Penulis
Judul asli artikel “Penyebab Adanya Pemikiran Childfree adalah Solusi Kebahagian“ ditulis oleh Ustadz A Khaerul Mu’min, S.Pd. beliau juga Konsultan Keluarga, Kesehatan dan Karir, Dosen Pendidikan Agama Islam serta Penulis Karya Ilmiah.
Bagi yang mau konsultasi keluarga, kesehatan dan karir hubungi :
Laki-laki : +62857-1513-1978
Perempuan : +62855-1777-251