Salah satu hukum (perubahan) sosial digambarkan Allah Swt (Q.S. 12: 11) dengan menyebutkan bahwa Allah tidak akan merubah keadaan suatu masyarakat sebelum masyarakat tersebut merubah sikap mental dan perilaku mereka sendiri.

Ayat ini berbicara tentang dua model perubahan dengan dua pelaku. Pertama, perubahan masyarakat yang pelakunya adalah Allah, dan kedua perubahan sikap mental dan perilaku manusia yang pelakunya adalah manusia itu sendiri.

Perubahan yang dilakukan Allah terjadi secara pasti melalui hukum-hukum sosial yang ditetapkannya dan hukum-hukum tersebut tidak membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.

Islam mengajarkan kita berpuasa selama satu bulan di bulan Ramadhan. Perintah ini tentunya bukan tanpa ada alasan, justru dengan adanya perintah ini ada nilai kebiasaan yang berguna bagi membentuk karakter baik untuk pribadi umat Islam yang menjalankan puasa.

Stephen R. Covey (1997) mengemukakan bahwa kebiasaan adalah faktor yang kuat dalam hidup kita. Karena konsisten dan sering merupakan pola yang tak disadari, maka kebiasaan secara terus menerus, setiap hari, mengekspresikan karakter kita dan menghasilkan efektivitas dan ketidakefektivan kita.

Selanjutnya, beliau menjelaskan bahwa kebiasaan dapat diputuskan, dapat dipelajari, dan dilepaskan. Akan tetapi, bukanlah suatu perbaikan segera, diperlukan suatu proses dan komitmen yang luar biasa untuk itu.Selanjutnya, Stephen R. Covey (1997) menjelaskan bahwa efektif yang dimaksud adalah melakukan hal yang tepat (do right thing).

Padanan dari efektif adalah efisien, berarti melakukan dengan tepat (do thing right). Jadi, beliau menjelaskan kebiasaan yang efektif merupakan kebiasaan sebagai perilaku (behavior) yang sering dilakukan berulang- ulang dengan melakukan hal yang tepat.

Individu yang menyadari kebiasaan – kebiasaannya akan mulai memperbaiki dengan kebiasaan yang lebih efektif (melakukan dengan hal yang tepat). Dari teori yang kita pelajari puasa sudah jelas sebagai sarana melatih kebiasaan, kebiasaan yang akan dilakukan orang yang berpuasa diantara lain:

Kejujuran

suatu bukti ketakwaan dalam kehidupan adalah sikap jujur. Puasa memiliki hubungan yang kuat dengan sikap positif ini. Misalnya, seorang anak bisa saja mengaku berpuasa, padahal tanpa sepengetahuan orang tuanya ia telah berbuka.

Apalagi ibadah puasa ini hubungannya langsung dengan Allah Yang Maha Mengetahui. Puasa memiliki tujuan antara lain “menyucikan aspek batin manusia (agar menjadi takwa), di mana kesucian itu juga harus dibuktikan dalam kehidupannya sehari-hari agar terhindar dari sifat kemunafikan dan kefasikan”.

Melatih Kerja Keras

Bekerja keras bagi orang beriman, bukanlah suatu tuntutan karena adanya pengawasan dari atasan. Orang yang beriman akan senantiasa merasa diawasi langsung oleh Allah SWT. Puasa akan mendidik orang tetap bekerja meski tidak diawasi manusia.

Perwujudan kerja keras ini dapat juga di lihat dari semangat untuk menjalankan ibadah yang dianjurkan pada bulan Ramadhan. Seseorang yang jarang shalat sekalipun, akan berusaha untuk menunaikan shalat secara lengkap dan tepat waktu, bahkan shalat Tarawih, saat Ramadhan.

Melatih Untuk Disiplin

Pendidikan disiplin dalam berpuasa meliputi disiplin menunaikan kewajiban sebagai hamba Allah SWT dan melaksanakan perintah-Nya. Disiplin dalam waktu yakni disunatkan menyegerakan berbuka ketika telah tiba waktu berbuka puasa, disiplin fisik dan hukum yakni mematuhi untuk tidak makan, minum dan berhubungan suami isteri sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.

Belajar disiplin bukan berarti menyiksa diri sendiri, namun belajar tentang kesabaran dan kebahagiaan. Masih banyak lagi nilai-nilai pendidikan puasa yang bisa kita ambil hikmah. Ini bertanda bahwa kekuasaan Allah mengatur makhuknya namun terdapat nilai sains sehingga Agama Islam adalah agama yang masuk akal.

Masihkan anda ragu dengan kebenaran Agama Islam? Semoga dengan membaca artikel ini, kita menjadi bertambah keimanan kita karena aturan yang diberikan kepada manusia adalah melatih kebiasaan sehingga kebiasaan baik akan menjadi karakter jika dilakukannya lebih dari 21 hari.

Wallahua’lam

Referensi:

  1. Syukri Syamaun, ‘81 | JURNAL AT-TAUJIH BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM Vol. 2 No. 2 Juli – Desember 2019 (Http://Jurnal.Ar-Raniry.Ac.Id/Index.Php/Taujih)’, Jurnal At-Taujih Bimbingan Dan Konseling Islam, 2.2 (2019), 81–95.
  2. Shofiyanti Nur Zuama and Muraeni Mursanib, ‘Mengelola Waktu Pribadi Pada Mahasiswa Pengaruh Kebiasaan Yang Efektif Terhadap Kemampuan Mengelola Waktu Pribadi Pada Mahasiswa’, Kreatif, 17.1 (2013), 40–48 <https://media.neliti.com/media/publications/124022-ID-pengaruh-kebiasaan-yang-efektif-terhadap.pdf>.
  3. Taufik Mukmin, ‘Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Ibadah Puasa’, El-Ghiroh, 12.1 (2017), 42–67.

***

Tentang Penulis
Judul asli artikel “PUASA MELATIH KEBIASAAN“ ditulis oleh Ustadz A Khaerul Mu’min, M.Pd. beliau juga Konsultan Keluarga, Kesehatan dan Karir, Dosen STEI Bina Cipta Madani Karawang serta Penulis Karya Ilmiah
Bagi yang mau konsultasi keluarga, kesehatan dan karir hubungi :

Laki-laki : +62857-1513-1978
Perempuan : +62855-1777-251