Bebrapa waktu lalu penulis mendapatkan permintaan terapi anaknya yang sudah hampir umur 3 tahun yang belum juga bisa berjalan. Pasien mengatakan bahwa semua cara sudah dilakukan agar anak bisa berjalan, dari cek dokter tulang hingga di urut.

Selain sulit berjalan anak pasien juga tidak bisa ditinggal walau hanya sebentar, sehingga kakaknya yang sering mengalah dengan keadaan adiknya. Mendengar awal cerita pasien, saya langsung membuat jadwal kerumah pasien.

Setelah sampai dirumah  pasien, saya mewawancarai pasien bersama keluarga awal mula anak pasien yang belum bisa berjalan. Sayapun memberikan beberapa alasan mengapa anak tidak bisa berjalan.

Saat kami sedang berbincang anak yang sakitpun benar-benar tidak bisa di tinggal hanya sekedar untuk berbincang dengan penulis. Melihat keadaan anak yang menangis terus menerus, membuat penulis menemukan kemungkinan baru sakit anak bukan karena gangguan yang aneh-aneh melainkan karena pola asuh orang tua yang salah.

Saya memberikan arahan pasien untuk meletakan anak di ruang tengah dan kemudian ditinggal. Setelah anak di tinggal diruang tengah pasien saya ajak berbincang dan memberikan  tips bagaimana cara agar pasien bisa tenang.

Tangis anak terus menerus tidak berhenti, namun saya mengatakan kepada pasien untuk membiarkan, sabar dan harus tega demi kemandirian anak. Selama 1 jam anak dibiarkan diruang tengah dengan tangisnya, lalu istri penulis pelan-pelan mengambil tangan anak pasien dan dengan izin Allah anak pasien sedikit-demi sedikit bisa berjalan walapun dengan gemetar.

Melihat situasi ini pasien langsung menangis rasa haru, dan juga penyesalan karena terlalu memanjakan anak. penulis mengatakan kepada pasien ini bukti bahwa ada kekeliruan pola asuh yang dilakukan orang tua sehingga anak menjadi terlambat berjalan.

Penulis mengatakan harusnya yang lebih pasien kasihani adalah kakanya yang harus menanggung masa kecilnya sendiri tanpa adanya kasih sayang ibu, karena ibunya terus menerus membela adiknya, namun kakanya tidak marah kepada adiknya.

Setelah itu penulis mengarahkan pasien untuk meminta maaf kepada anak yang paling besar dan mengatakan akan berubah sehingga akan lebih mendahulukan kakaknya yang besar dan tidak memanjakan adiknya.

Fakta dari fenomena ini sudah pernah diteliti oleh penelitian sebelumnya satu penelitian Nurhasanah dan Sugito (2020) yang menganalisis tentang anak yang terlambat berbicara. Dalam penelitiannya menemukan bahwa anak yang terlambat berbicara karena faktor orang tua sibuk dengan pekerjaanya sehingga kurang memberikan stimulus dengan komunikasi dengan anak.

Penelitia oleh Hana dan kawan-kawan (2020) meneliti psikososial anak usia 3-6 tahun menemukan bahwa dampak pola asuh otoriter terhadap anak membuat anak usia pra sekolah menjadi tidak mandiri, tidak percaya diri, tidak bisa mengambil keputusan sendiri dan sering emosi tidak terkendali.

Selain dari penelitian diatas, yang paling terpenting adalah jangan selalu mengkaitkan sesuatu dengan gangguan jin maupun karena sihir, bisa jadi apa yang terjadi pada diri dan keluarga kita dikarenakan kesalahan diri sendiri

Wallahua’lam

Referensi:

  1. Nur Hasanah and Sugito, ‘Analisis Pola Asuh Orang Tua Terhadap Keterlambatan Bicara Pada Anak Usia Dini’, Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4.2 (2020), 913 <https://doi.org/10.31004/obsesi.v4i2.456>.
  2. Meilanny Budiarti Santoso Hana Faiha Fikriyyah, R Nunung Nurwati, ‘DAMPAK POLA ASUH OTORITER TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK USIA PRASEKOLAH’, 3.1 (2022).

***
Tentang Penulis
Judul asli artikel “UMUR 3 TAHUN TIDAK BISA JALAN KARENA SALAH POLA ASUH ORANG TUA” ditulis oleh Ustadz A Khaerul Mu’min, M.Pd. beliau juga Konsultan Keluarga, Kesehatan dan Karir, Dosen STEI Bina Cipta Madani Karawang serta Penulis Karya Ilmiah

Bagi yang mau konsultasi keluarga, kesehatan dan karir hubungi :

Laki-laki : +62857-1513-1978
Perempuan : +62855-1777-251