Suatu hari Rasulullah Shalallahu Alihi Wasallam sedang bepergian. Saat itu Ali baru mendapat ghanimah (harta rampasan perang), lalu membawanya ke Fatimah. Dua gelang perak diambil Az-Zahra, dan sebuah tirai yang dia gantungkan di atas pintu.
Salah satu kebiasaan Rasulullah Shalallahu Alihi Wasallam ketika bepergian adalah selalu datang ke rumah Fatimah sebelum berangkat dan segera sesudah pulang.
Maka begitu beliau melihat kedua gelang perak di tangan Fatimah saat pulang dari perjalanan, beliau pun langsung beranjak pergi.
Fatimah menangis. Ia panggil Hasan dan Husein. Diberikannya gelang perak pada yang satu, dan tirai pada saudaranya. Lalu dikirimnya mereka kepada sang ayah.
Az-Zahra berpesan, “Pergilah kalian ke tempat kakek, ucapkan salam kepada beliau dan katakan, ’Kami tidak akan melakukannya lagi, dan ini kami serahkan kepada Kakek.”
Saat Rasulullah menerima pesan tersebut, ia pun mencium kedua cucunya, memeluknya, lalu mendudukkan mereka masing-masing di atas pangkuannya.
Lalu kedua gelang perak itu diberikan kepada sekelompok Muhajirin yang tak punya tempat tinggal dan harta. Sedangkan tirai dibagikan kepada orang-orang diantara mereka yang tidak berpakaian.
Kemudian Rasulullah Shalallahu Alihi Wasallam berdoa, “Allah mengasihi Fatimah. Sungguh, Dia akan memberinya pakaian surga dengan sebab tirai ini, dan akan memberinya perhiasan surga dengan sebab kedua gelang ini.”
Begitulah Rasulullah Shalallahu Alihi Wasallam beserta keturunannya hidup. Dengan kesederhanaan, kebersahajaan, dan bahkan kemiskinan serta kelaparan.
Bagaimana mereka bisa kenyang, sedangkan perut orang-orang miskin tak punya makanan sedikit pun. Bagaimana mereka bisa memakai perhiasan, sedangkan kaum muslim masih ada yang tidak berpakaian. Bagaimana mereka bisa memakaikan anak-anak mereka, Hasan dan Husein, perhiasan perak, sementara mereka mendengar rintihan kaum fakir. Sungguh akhlak dan kepekaan sosial yang begitu mulia. Melebihi indahnya perhiasan dunia.
Sumber : Buku: Fatimah Az-Zahra, wanita teladan sepanjang masa