Pada suatu malam Nisfu Sya`ban yang kebetulah jatuh pada hari Juma’at, Malik mengisi malam tersebut dengan meminum arak sebanyak-banyaknya sehingga mabuk. Dalam keadaan mabuk itulah dia tertidur dan bermimpi dengan mimpi yang sangat mengerikan.

Dalam mimpinya, Malik melihat manusia bersesak-sesak keluar dari kubur masing-masing dan berhimpun di Padang Mahsyar termasuk dirinya sendiri. Dalam keadaan demikian, dia dikejutkan oleh satu suara raungan yang sangat kuat dan menakutkan. Kemudian dilihatnya ke arah belakang, didapatinya ada seekor ular yang sangat besar berwarna hitam kebiru-biruan dengan mulut terbuka lebar hendak menelannya hidup-hidup.

Tidak ada jalan lain bagi Malik untuk menghindar dari terkaman ular itu, kecuali harus berlari sekuat tenaga. Dia berlari kencang untuk menyelamatkan diri, namun ular itu terus mengejar dengan ganasnya. Hingga dia bertemu dengan seorang yang sangat tua sedang berjalan dengan lemah dan tertatih-tatih. Bajunya bersih dan baunya sangat wangi.

“Assalamualaikum ya Syeikh”, Malik menegur dan menghampiri lelaki tua itu dengan maksud meminta pertolongannya.

“Wa`alaikum salam ya Malik,” jawab orang tua itu.

“Tolonglah saya wahai Syeikh”, pinta Malik.

“Tolong? Tolong apa?” Tanya orang tua itu.

“Tolong selamatkan saya dari kejaran ular besar itu”, kata Malik sambil menunjuk ular besar yang sedang mengejarnya.

“Maafkan aku wahai Malik, aku sudah tua, badanku sangat lemah. Aku tidak punya kekuatan untuk melawan ular besar itu” kata syeikh.

“Jadi apa yang perlu saya lakukan?” Tanya Malik.

“Begini, berlarilah terus sampai kemana engkau merasa aman”, kata sang Syeikh.

(bersambung)