Abul’ash Bin Rabi’ Enggan Masuk Islam
Sepulangnya Abul Ash dari perjalanan dagang, Zainab segera menyampaikan kabar gembira itu kepada suaminya. Dengan penuh semangat ia menceritakan semua yang terjadi dengan harapan akan membuat suaminya tertarik dan masuk Islam. Akan tetapi, sayang tawaran untuk masuk Islam dari istrinya itu ia tolak karena takut dikatakan oleh kaumnya bahwa ia masuk Islam hanya karena ingin mencari keridhaan istrinya. Zainab pun bersedih, namun ia tetap berdoa agar Allah Ta’ala akan membuka hati suaminya untuk beriman pada suatu saat nanti.
Ujian dan Cobaan
Ketika makin keras dan kuat tantangan kaum Quraisy kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta pengikutnya, sebagian orang Quraisy menghasut Abul Ash dan berkata, “Ceraikanlah istrimu wahai Abul Ash! Pulangkan ia rumah ayahnya dan kami akan menikahkanmu dengan wanita mana saja yang engkau sukai dari wanita-wanita Quraisy yang terbaik.” Karena begitu murni dan dalam cinta Abul Ash kepada Zainab, maka ia pun menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan menceraikan istriku, aku tidak ingin menggantinya dengan wanita mana saja di dunia ini.”
Di saat ayah dan keluarganya diembargo, Zainab hanya mampu berdoa untuk keselamatan ayah, ibu, dan keluarga serta saudara-saudara seakidah. Waktu pun berlalu, dan embargo pun selesai, namun ternyata datang musibah baru yang tak kalah beratnya, yaitu wafatnya paman ayahnya, Abu Thalib, yang disusul dengan wafatnya ibu yang sangat ia cintai. Zainab pun dirundung kedukaan, ditambah lagi suami tercinta belum juga luluh hatinya untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Saat itu negeri Mekah terasa sepi bagi Zainab. Ibundanya yang biasa ia jenguk sekarang telah tiada, sementara ayahnya hijrah ke Yatsrib bersama sahabat karib beliau, Abu Bakar, kemudian saudari-saudarinya pun menyusul ke sana.
Tebusan untuk Abdul’ash Bin Rabi’
Perang besar antara kaum muslimin dan musyrikin pun berkecamuk di Badar, dan Abul Ash berada di barisan kaum musyrikin. Zainab menanti kabar dengan gundah gulana. Tak beberapa lama berita pun datang, kaum muslimin memenangi peperangan. Zainab merasa sangat bergembira akan kemenangan ayahnya, tetapi bagaimana dengan suaminya? Abul Ash seperti berita yang ia dengar telah menjadi tawanan kaum muslimin di Yatsrib.
Kaum muslimin meminta tebusan yang sangat mahal untuk para tawanan. Keluarga Abul Ash yang kaya ingin menebusnya, tetapi Zainab ingin ia membayar tebusan untuk suaminya. Maka diutuslah Amr bin Robi saudara laki-laki Abu Ash ke Yatsrib. Sesampai di sana ia menemui Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam sambil memberikan seuntai kalung ia berkata, “Zainab mengutusku untuk mengirimkan ini sebagai tebusan untuk suaminya.” Melihat kalung yang sangat beliau kenal, karena itu adalah pemberian istrinya sebagai hadiah di hari pernikahan Zainab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa tersentuh hatinya, lalu beliau berkata, “Maukah kalian membebaskan Abul Ash untuknya (yaitu Zainab) dan mengembalikan tebusannya?” Para sahabat pun menyetujui. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membebaskan Abul Ash dengan syarat ia harus melepaskan Zainab dan mengembalikannya kepada beliau, dan Abul Ash pun menyetujui permintaan itu.
Sumber: Kisah Teladan