Pengungsi Rohingya sedang antre mengikuti pembagian sembako di Kutapalong, Cox's Bazar, Banglades, Oktober 2017.

Akhir-akhir ini banyak stigma dan framming opini negatif menyebar tentang pengungsi Rohingya yang mendamparkan diri di Aceh. Gelombang manusia perahu yg cukup besar dan berulang di Aceh mengakibatkan distrust masyarakat terhadap pengungsi Rohingya.

Ketidaksigapan pengamanan laut yang kemudian membuat mereka lolos masuk ke wilayah Aceh menjadi fonomena yang disoroti masyarakat.

Disamping itu di Aceh memiliki Qanun Panglima Laut, dimana para nelayan diharuskan untuk menolong orang-orang yang dalam kesulitan bila di temui di perairan laut.

Tingkah pengungsi yang dicap sulit diatur memang menjadi tantangan tersendiri. Namun tingkah mereka ini terbentuk karena benturan kehidupan kekerasan rezim dari negara asal mereka dan sangat minimnya pendidikan formal yang mereka dapat.

Kehidupan di Kamp Pengungsi Cox bazar Bangladesh juga tidak menjanjikan kehidupan yang lebih baik. Sehingga mereka memilih untuk gambling menjadi manusia perahu mencari suaka.

Tidak mudah untuk bisa ikut berlayar, mereka akan mengumpulkan harta untuk membuat perahu, belum lagi para agen Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang sering memberikan janji manis sehingga mereka mau membayar berapapun asal bisa berlayar.

Baca juga: Menjawab Narasi Negatif Netizen tentang Pengungsi Rohingya

Dalam pelayaran tidak jarang juga ditemukan penyusup yang bukan Rohingnya, orang-orang Bangladesh yang juga ingin mencari hidup yang lebih baik.

Rohingnya adalah stateless people, orang yang tidak memiliki kewarganegaraan, Myanmar tidak mau mengakui etnis ini sebagai warga negaranya.

Mayoritas Rohingnya tidak ingin kembali ke Myanmar, karena trauma besar mereka bila di kembalikan ke Myanmar akan terjadi pembantaian, pembunuhan, perampasan aset, pemerkosaan, pembakaran hidup-hidup manusia pernah mereka alami.

Dan untuk apa kembali bila mereka tidak diakui sebagai warga negara. Peran PBB melalui UNHCR untuk diplomasi internasional juga tidak banyak mendapatkan kemajuan selama 17 tahun terakhir.
Tidak ada negara yang siap untuk menerima Rohingya. Jadi Rohingnya ini harus kemana?
Janganlah kita gampang terprovokasi wahai sahabat kemanusiaan. Rohingnya ini mau menguasai Aceh dengan apa? Makan saja mereka masih minta.*

Sumber: hidayatullah