Dikutip dari buku 100 Ilmuwan & Penemu Terpopuler di Dunia oleh Sunrise Pictures, sosok bernama lengkap Muhammad bin Musa Al Khawarizmi ini lahir di Uzbekistan pada tahun 194 H/780 M. Beliau merupakan intelektual Muslim yang banyak menyumbangkan karyanya dalam bidang matematika, geografi, musik, astronomi, hingga sejarah.
Selain itu, Al Khawarizmi juga dikenal sebagai Bapak Aljabar dalam ilmu matematika. Semasa hidupnya, beliau telah menulis kurang lebih 256 buku. Salah satu bukunya yang berjudul Al-Khawarizmi on the Hindu Art of Reckoning berisi tentang sistem penempatan bilangan berbasis 1,2,3,4,5,6,7,8,9, dan 0.
Dari buku inilah Al Khawarizmi dinobatkan sebagai penemu angka nol pada sistem bilangan. Angka nol adalah angka yang paling terakhir ditemukan pada masa itu.
Sebelum angka nol ditemukan, masyarakat pada zamannya kesulitan membedakan seratus tujuh puluh lima (175) dengan bilangan seribu tujuh lima (1075) ataupun bilangan seribu tujuh ratus lima (1705). Sehingga, penemuan angka nol saat itu sangat penting bagi perkembangan zaman.
Lalu bagaimana perkembangan angka nol setelah ditemukan oleh Al Khawarizmi?
Perkembangan Angka Nol
Dikutip dari buku Target 99% Juara Kelas Plus SD oleh Sigit Ari Wibowo, dkk., sebelum ditemukannya angka nol, para ilmuwan menggunakan sistem abakus. Sistem ini berbentuk semacam daftar yang menunjukkan satuan, puluhan, ratusan, ribuan dan seterusnya, untuk menjaga agar setiap angka tidak saling tertukar.
Akan tetapi, hitungan seperti ini tidak mendapat sambutan baik dari kalangan ilmuwan Barat. Mereka lebih tertarik menggunakan raqam al-binji alias daftar angka arab, termasuk angka nol hasil penemuan Al Khawarizmi setelah 250 tahun.