Fenomena Korean Pop (K-Pop) menjadi perbincangan hangat selama dua dekade terakhir. Seiring dengan cepatnya arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, “virus” Korean wave dengan mudah menyebar di seluruh penjuru dunia.

Data yang dipaparkan oleh The Korea Times menunjukkan bahwa jumlah penggemar kebudayaan Korea di seluruh dunia meningkat 22 % menjadi 89,19 juta dari yang semula 73,12 juta penggemar pada tahun 2017.

Indonesia tentu saja tak luput dari “infeksi” pesona Korean wave. Menurut sebuah survei yang diambil dari jumlah viewers video dengan konten K-Pop di YouTube, Indonesia berada pada peringkat 2 dengan meraih 9,9 % dari total viewers.

Hal ini menjadikan Indonesia sebagai penikmat konten Korea nomor satu di luar negara Korea Selatan itu sendiri. Bagaimana fenomena ini ditinjau dari psikologi keadaan psikis para pemuja K-Pop, berikut penjelasannya.

Penelitian Fanatisme Artis K-Pop
Penelitian yang dilakukan oleh Sandi, Risa dan Adinda pada tahun 2021 dengan 3 objek penelitian yang fanatic terhadap artis K-Pop. objek menganggap idol Kpop mereka sebagai mood booster, support system dan juga pembangkit suasana hati ketika objek  merasa sedih, hasil analisis wawancara juga menunjukan bahwa ketiga objek  berada pada tahap intense personal feeling.

Pada tahap ini, objek  beranggapan bahwa idolanya merupakan bagian dari kehidupan mereka, mereka dapat setiap hari memikirkan sang idola dan berusaha untuk selalu terlibat dalam kehidupan idola. Para penggemar tersebut juga merasa memiliki ikatan emosional dengan idolanya. Ketika idola mendapat penghargaan, mereka ikut terharu. Ketika idola pergi untuk menjalani wajib militer, mereka akan merasa sedih dan mengkhawatirkan keadaan idolanya.

Di sisi lain, penelitian Millah (2019) pada remaja penggemar boygroup BTS menunjukkan bahwa perilaku pemujaan selebriti (celebrity worshipping) berkorelasi positif dengan perilaku konsumtif.

Selain itu penelitian oleh Envira (2019) menemukan bahwa perilaku pemujaan selebriti pada subjek penggemar K-Pop juga memiliki hubungan positif yang signifikan dengan gejala depresi. Hal ini seiring dengan hasil penelitian Nurohmah & Prakoso (2019) yang menemukan bahwa perilaku pemujaan selebriti pada penggemar boygroup EXO memiliki hubungan yang negatif dengan kesejahteraan psikologis. Artinya, semakin tinggi tingkat pemujaan selebriti, semakin rendah kesejahteraan psikologisnya.

Islam melarang kita fanatic terhadap artis manapun, karena sudah banyak artikel atau dari penjelasan para ustad tentang larangan terlalu fanatic kepada makhluk selain kepada Rasulullah dan juga para istri-isri Rasulullah.

Seorang bisa membeli album ori artis bahkan membeli tiket VIP hanya ingin melihat langsung artis idolanya. Yang jadi pertanyaan mengapa bukan buku-buku atau pengajian yang didatangi untuk lebih mencintai Rasulullah SAW beserta keluarganya?, mengapa membeli tiket VIP bukan untuk membeli tiket Haji Plus?.

Inilah bukti bahwa orang-orang yang terlalu fanatic terhadap artis sesungguhnya dia sedang dalam keadaan sakit, namun dirinya tidak akan sadar sampai ajal menjemput dan di kumpulkan bersama idolnya, nauduzubillahmindzalik.

Kesimpulan Dan Saran
Dari hasil penelitian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa :

Orang yang fanatic terhadap artis terutama K-Pop sedang terganggu kejiwaanya (depresi) karena disakiti pasangan, keluarga atau bahkan dirinya bingung harus mencari hiburan apa agar hatinya senang, padahal ada Allah yang bisa menenangkan hatinya.

Orang yang fanatic terhadap artis terutama K-Pop sebenarnya dia sedang lari dari masalah hatinya, pada masa ini tinggal dirinya mau menyadari dan berhenti atau bahkan terus terlalu mencintai K-Pop sehingga ajal menjemput dan tidak sempat bertaubat.

Perlu adanya kerabat yang menyayangi, sehingga luka hatinya hilang dan fanatiknyapun akan hilang dengan sendirinya.

Kepada para penggemar K-Pop, segeralah berkonsultasi kepada ahlinya untuk menghilangkan sakit hatinya, agar perilaku teman-teman kembali kepada fitrahnya seorang muslim yang baik. Boleh kita suka kepada artis, namun jangan sampai mengalahkan kecintaan kita kepada Allah dan Rasulnya, karena hanya  dengan mencintai Allah dan Rasulnya akan selamat dunia dan akhirat.

 Wallahua’lam

Referensi:

  1. Jawa Pos, Makin populer, tahun 2018 ada 89 juta penggemar Korea di seluruh dunia, 2019 <https://www.jawapos.com/entertainment/infotainment/13/01/2019/%0Amakin-populer-tahun-2018-ada-89-juta-penggemar-korea-diseluruh-dunia/%0D>.
  2. WowKeren, Inilah 10 negara dengan k-pop stan terbesar tahun 2019 berdasarkan data youtube, ada Indonesia?, 2019 <m:%0Ahttps://wowkeren.com/berita/tampil/00269788.html%0D>.
  3. Risa Almaida, Sandy Agum Gumelar, and Adinda Azmi Laksmiwati, ‘Dinamika Psikologis Fangirl K-Pop’, Cognicia, 9.1 (2021), 17–24 <https://doi.org/10.22219/cognicia.v9i1.15059>.
  4. Siti Luthfathul Millah, ‘Hubungan Antara Celebrity Worship Dengan Perilaku Konsumtif Remaja Penggemar Boyband BTS’, Skripsi, 2019, 1–108.
  5. Yunira Fauzia Nurohmah and Hendro Prakoso, ‘Hubungan Psychological Well Being Dan Celebrity Worship Pada Anggota Fansclub EXO Di Bandung Relation between Psychological Well Being and Celebrity Worship at EXO Fansclub’, Psikologi, 5.1 (2019), 181–86.

***
Tentang Penulis
Judul asli artikel “SEBAB FANATISME ARTIS K-POP DITINJAU DARI SUDUT PANDANG PSIKOLOGI” ditulis oleh Ustadz A Khaerul Mu’min, M.Pd. beliau juga Konsultan Keluarga, Kesehatan dan Karir, Dosen STEI Bina Cipta Madani Karawang serta Penulis Karya Ilmiah
Bagi yang mau konsultasi keluarga, kesehatan dan karir hubungi :

Laki-laki : +62857-1513-1978
Perempuan : +62855-1777-251