Sikap bersabar dalam bekerja bagi orang beriman tidak akan pernah sesaat pun melepaskan diri dari ikatan aqidah Islam yang dapat menjanjikan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Karena itu, bahwa dalam ajaran Islam sikap sabar itu menempati posisi penting dan mulia sehingga Allah S.W.T senantiasa akan mencurahkan kenikmatan dan kemuliaannya terutama bagi orang yang bersabar.

Sabar itu identik dengan sikap menahan emosi diri yang mendorong seseorang berbuat kesalahan dan kemungkaran yang dipandang salah oleh ajaran agama Islam. Sabar juga dapat diartikan bahwa seseorang hamba Allah dapat bertahan diri untuk tetap taat beribadah mengamalkan segala sesuatu yang diperintahkan Allah S.W.T dan juga menjauhkan diri atau bersikap sabar untuk tidak melakukan segala sesuatu yang di larang oleh Allah S.W.T dengan ikhlas guna mengharapkan ridha dan pahala yang besar dari Allah S.W.T.[1]

Sabar berasal dari kata “shabara“, yang membentuk infinitif (masdar) menjadi “shabran“. Menurut KBBI, sabar berarti tahan menderita sesuatu, tenang tidak tergesa-gesa, tidak pemarah.

Dalam kegiatan Pesantren Ramadhan SDN Cikampek Utara III, 11-13 April 2023.

Sedangkan menurut syari’at sabar adalah menahan diri atas tiga perkara yaitu sabar dalam menaati Allah, sabar dari hal-hal yang Allah haramkan, dan sabar terhadap takdir Allah yang tidak menyenangkan.

Kemudian menurut Ilyas sabar berarti menahan segala sesuatu dari apa-apa yang dibenci Allah atau tabah dalam menerima segala keputusannya dan berserah diri kepada-Nya.Serta menurut Al- Jauziyah, sabar artinya menahan diri dari rasa gelisah, cemas dan amarah, menahan lidah dari keluh kesah, serta menahan anggota tubuh dari kekacauan.

Pengertian tersebut bukanlah aktivitas pasif atau ketabahan semata, tetapi diartikan sebagai usaha aktif, tidak hanya aktif dalam menghindar dari hal-hal yang dilarang oleh Allah, melainkan juga aktif dalam menaati perintahnya dan aktif dalam mengendalikan perasaan atau keliaran hawa nafsunya.[2]

Dari beberapa pemaparan diatas dapat kita ambil kesimpulan

  1. Sabar adalah bukti bahwa kita beriman kepada Allah, dengan bersabar kita bisa menahan segala hal yang membuat diri kita binasa. Bukti keimanan orang yang sabar terletak pada ketika dia marah kemudian dia ingat kepada Allah dan ketika dirinya melepas amarah justru takut jika Allah marah kepadanya.
  2. Sabar itu menahan diri dari musibah, menjauhkan diri dari maksiat dan juga sabar dalam hal beribadah kepada Allah.
  3. Sabar harus aktif bukan pasif, artinya seseorang ketika ditimpa masalah, maka dia akan mencari cara untuk keluar dari masalah minimal masalah hatinya sehingga agar hatinya menjadi tenang dan ikhlas. Jika seseorang dicaci dan dihina kemudian melaporkan ke pihak kepolisian, maka ini juga termasuk sabar yang aktif.

Wallahua’lam

Referensi:

[1] Miskahuddin Miskahuddin, ‘Konsep Sabar Dalam Perspektif Al-Qur’an’, Jurnal Ilmiah Al-Mu’ashirah, 17.2 (2020), 196 <https://doi.org/10.22373/jim.v17i2.9182>.

[2] and others, ‘Implementasi Konsep Sahdzan (Sabar Danhuznudzan)Sebagai Upaya Perawatan Kesehatan Mental Di Masapandemi Covid-19’, Khazanah: Jurnal Mahasiswa, 12.1 (2020) <https://doi.org/10.20885/khazanah.vol12.iss1.art7>.

***

Tentang Penulis
Judul asli artikel “SABAR ITU AKTIF BUKAN PASIF” ditulis oleh Ustadz A Khaerul Mu’min, M.Pd. beliau juga Konsultan Keluarga, Kesehatan dan Karir, Dosen STEI Bina Cipta Madani Karawang serta Penulis Karya Ilmiah
Bagi yang mau konsultasi keluarga, kesehatan dan karir hubungi :

Laki-laki : +62857-1513-1978
Perempuan : +62855-1777-251