Artikel ini mengulas beberapa faktor penyebab kasus bullying di pondok pesantren, serta memberikan saran-saran mengenai langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah dan mengatasi masalah tersebut.

Kasus bullying di pondok pesantren menjadi sorotan utama belakangan ini, menciptakan kekhawatiran yang mendalam di kalangan masyarakat. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar tentang akar masalahnya, serta upaya yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.

Salah satu faktor penyebab utama kasus bullying di pondok pesantren adalah lingkungan yang tertutup dan terisolasi. Meskipun pondok pesantren pada dasarnya merupakan tempat pendidikan agama yang diharapkan menjadi tempat yang aman dan mendidik, namun sering kali keadaan ini justru menjadi sarang bagi perilaku negatif seperti intimidasi dan pengucilan terhadap sesama.

Selain itu, tekanan sosial dan hierarki yang kuat dalam struktur kehidupan pondok pesantren juga dapat menjadi pemicu kasus bullying. Di dalam lingkungan yang kuat dalam norma-norma tradisional, terkadang terdapat kesenjangan kekuasaan yang memicu perilaku bullying oleh mereka yang merasa memiliki kekuasaan atau otoritas yang lebih tinggi.[1]

Faktor lain yang tidak kalah penting adalah kurangnya pemahaman tentang pentingnya pengelolaan konflik dan penanganan masalah sosial di kalangan pengelola pondok pesantren. Pendidikan tentang nilai-nilai empati, penghargaan terhadap perbedaan, serta resolusi konflik yang damai sering kali kurang ditekankan dalam kurikulum pendidikan pesantren.

Namun demikian, untuk mengatasi masalah ini, langkah-langkah konkret perlu segera diambil. Pertama-tama, pendidikan tentang nilai-nilai positif seperti empati, kesetaraan, dan penghargaan terhadap perbedaan harus ditingkatkan dalam kurikulum pondok pesantren. Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan khusus bagi pengajar dan pengelola pesantren.

Selain itu, pentingnya membentuk mekanisme yang efektif untuk melaporkan dan menangani kasus bullying juga tidak bisa diremehkan. Pengelola pondok pesantren perlu memperkenalkan kebijakan yang jelas dan tegas terkait dengan penanganan kasus bullying, serta menyediakan sarana bagi para santri untuk melaporkan kasus-kasus tersebut tanpa takut mendapat perlakuan yang tidak adil.[2]

Tak kalah pentingnya, melibatkan seluruh komunitas pesantren, termasuk para pengurus, pengajar, dan santri, dalam upaya pencegahan bullying juga perlu menjadi prioritas. Dengan menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung, diharapkan dapat mengurangi insiden-insiden bullying di pondok pesantren.

Dalam upaya mencegah dan mengatasi kasus bullying di pondok pesantren, kerjasama semua pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat umum, sangatlah penting. Hanya dengan upaya bersama, kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, menyenangkan, dan mendidik bagi semua orang.

Wallahua’lam.

Referensi:

[1] Nasikhudin Amri, ‘Perilaku Bullying Di Pondok Pesantren Studi Fenomenologi Bullying Di Asrama Al Risalah Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang’ (Universitas Islam Negri Sunan Ampel, 2019).

[2] M Arfah, ‘Perundungan Di Pesantren : Fenomena Sosial Pada Pendidikan Islam ( Studi Pada Pesantren Ulul Albab Tarakan )’, 12.2 (2023), 234–52.

 

***

Sumber: Kegiatan Kajian Ust. Khaerul

Tentang Penulis
Judul asli artikel “MENGUNGKAP AKAR MASALAH KASUS BULLYING DI PONDOK PESANTREN: MENGAPA TERJADI DAN BAGAIMANA MENCEGAHNYA” ditulis oleh Ustadz A Khaerul Mu’min, M.Pd. beliau juga Konsultan Keluarga, Kesehatan dan Karir, Dosen STEI Bina Cipta Madani Karawang serta Penulis Karya Ilmiah
Bagi yang mau konsultasi keluarga, kesehatan dan karir hubungi :
Laki-laki : +62857-1513-1978
Perempuan : +62855-1777-251